Kamis, 13 November 2008

Pentingkah SIM? Menggugat Urgensi dan Relevansi

Salah satu kelengkapan berkendara adalah Surat Ijin Mengemudi (SIM). Surat ini merupakan legitimasi seseorang untuk berkendara di jalan. Memiliki SIM berarti telah diakui kemampuannya untuk dapat berkendara oleh lembaga hokum yang menerbitkan. Oleh karenanya, SIM wajib dimiliki oleh setiap pengendara kendaraan bermotor.

SIM dibuat melalui serangkaian tes yang diselenggarakan oleh Polres setempat dengan tingkat kesulitan standar yang telah didesain sedemikian rupa. Proses dimulai sejak pendaftaran, tes tertulis, tes praktik, administrasi hingga pembuatan SIM. Jika semua proses di atas dilaksanakan dengan sebagaimana mestinya, tentu akan dihasilkan lisensi yang tepat dan sah.
Namun, praktik di lapangan menunjukkan kenyataan yang memprihatinkan. Pembuatan SIM telah menjadi praktik komersial oknum tertentu. Sehingga hanya dengan membayar beberapa ratus ribu saja, SIM dengan mudah dibawa pulang. Baik melalui jasa calo atau kebaikkan orang dalam. Ini semakin mencerminkan budaya instan orang Indonesia yang hanya mau enaknya saja. Baik sebagai pencari SIM atau lembaga penerbit SIM.
Pertanyaan yang mencuat, apakah benar semua orang yang sudah memiliki SIM benar-benar mampu dan mau berkendara dengan baik. Karena tak jarang pelanggaran dilakukan oleh orang yang telah lama memiliki SIM sekalipun. SIM seolah hanya menjadi penyelamat saat ada razia. Padahal, lisensi membuktikan kecakapan seseorang dalam berkendara. Diharapkan pengendara yang cakap akan mampu menciptakan keselamatan berkendara di jalan.
Namun, bagaimana jika kenyataannya berbalik 180 derajat? Ini merupakan pekerjaan rumah bagi kita semua. Bagaimana mewujudkan lisensifikasi yang tepat, bersih, benar, efisien dan dapat dipertanggungjawabkan. Salah satu cara yang bisa ditempuh adalah melalui lembaga pendidikan berkendara independen yang berhak menerbitkan SIM atau rekomendasi SIM melalui pendidikan dan kualifikasi yang tepat dan ketat. Hal ini bisa kita temui di beberapa negara maju. Semoga renungan singkat ini bisa bermakna.

Tidak ada komentar: